Eddy Current (EC) adalah arus pusar yang artinya arus yang timbul karena adanya medan magnetik dari arus primer (Ip) sehingga menimbulkan induksi magnetik di sekitarnya dan arus sekunder (Is) terbentuk.
Gambar 1. Catatan Training EC Lv II |
Poin penting di prinsip EC adalah :
- Conductivity : kemampuan material untuk menghantarkan arus listrik
- Conductivity (mho) >< Resistansi (ohm)
- Flux density (gauss/tesla) ---> kerapatan antar line medan magnet
- Arus listrik mengalir dari ---> (+) ke (-)
- Elektron mengalir dari ---> (-) ke (+)
- Semakin banyak kumparan/lilitan maka semakin kuat medan magnet
- PERMEABILITY : mudah/tidaknya dipengaruhi medan magnet
- RELUCTANCE >< Permeability
- RESIDUAL MAGNETISM
- RETENTIVITY : kemampuan menahan medn magnet sisa
Gambar 2. Catatan Training EC Lv II |
- Permeability jika "low = profil/lissajous curve gemuk" dan jika "high = profil/lissajous curve kurus"
- Berdasarkan Hk. Faraday, koil primer/magnet dialiri arus dari listrik/baterai (elektron dan arus mengalir berlawanan arah) dan disekitar koil akan timbul medan magnet primer, jika diletakkan koil sekunder didekatnya maka akan timbul arus sekunder yang menghasilkan medan magnetik sekunder ---> "dasar teori Eddy Current".
- Arus AC (bolak-balik) adalah arah arus yang merepresentasikan medan magnet yang dihasilkan dengan arah bolak-balik, misalkan magnet untuk U-->S dan S-->U. Arus ini bisa dihasilkan dengan mengaliri listrik sistem putus nyambung ---> "peralatan ECT dilengkapi dengan sistem ini"
- Arus DC (searah) adalah arus yang dihasilkan karena gerakan satu arah misalkan magnet hanya dari U-->S
- Arus di ECT harus AC untuk menghasilkan medan magnet yang berubah-ubah
Gambar 3. Catatan Training EC Lv II |
- R (hambatan tetap karena "R" hanya dimiliki arus utama/primer seperti baterai, listrik), XL (reaktansi induktif berubah dan "XL" hanya dihasilkan oleh koil dengan rumus XL = ω L = 2 π f L, sehingga dari alat ECT yang bisa dimanipulasi untuk menghasilkan EC adalah "f")
- Profil ECT adalah memusar dan permukaan paling atas/dekat induksi medan magnet primer adalah "terbaik" dibandingkan pusaran terbawah
- Jumlah lilitan koil
- Ukuran koil (panjang)
- Arus koil
- Jenis kabel
Hukum Faraday : medan magnetik yang memotong konduktor (arus primer, Ip) maka arus akan mengalir di konduktor lain (menimbulkan arus sekunder, Is dengan arah berlawanan dengan Ip)
- ECT menerapkan prinsip : arus AC dihasilkan dengan sistem arus putus-nyambung dan menghasilkan arus primer (Ip) melewati koil primer. Koil sekunder (tipe internal/bobbin) ditancapkan di ujung koil primer sehingga terinduksi dan menghasilkan arus sekunder (Is) sehingga timbul medan magnet sekunder
- Arah arus (I) dan medan magnet (B) di "ECT" berlawanan dengan di "primer"
- Pada arus primer ---> semakin besar "f" maka "B" juga besar, mengakibatkan "B" sekunder/ECT kecil
Gambar 4. Catatan Training EC Lv II
|
Macam-Macam KOIL/PROBE :
- SURFACE/Probe/Pencil/Pancake koil
- EKSTERNAL/Encycling/Feed through koil
- INTERNAL/Bobbin koil
Sistem penilaian conductivity adalah mengacu terhadap perbandingan yang dihasilkan Copper Annealed (Cu) dengan satuan %IACS yaitu 100.
Sedangkan Resistivity juga mengacu terhadap nilai Cu yaitu 1.72
Rumus, conductivity = 1/resistivity maka conductivity (%IACS) = 172.41/resistivity
Properties material yang mempengaruhi ECT :
1. Conductivity material
Faktor yang mempengaruhi CONDUCTIVITY :
- Kombinasi dua/lebih material membentuk alloy
- Perubahan hardness material karena pemanasan
- Perubahan temperatur material
- Residual stress material
- Adanya coating, cladding
2. Dimensi material
Faktor yang mempengaruhi DIMENSI
- Thickness
- Lift off dan Fill factor
- Edge effect & End effect
- Discontinuities
3. Permeabilitas material ---> mudah/tidaknya dipengaruhi medan magnet (B)
Thickness material
- Berhubungan dengan flux density (nilainya 37% density surface)
- Conductivity tinggi maka flux density rendah (rapat)/medan magnet semakin rapat
- Frekuensi tinggi maka flux density rendah (rapat) mengapa?? karena jika "f tinggi" maka "XL tinggi" sehingga "Ip rendah" karena berlawanan dengan EC dimana Is atau IECT tinggi dan flux density-pun juga tinggi.
Lift off dan Fill factor
- Adalah jarak antara probe dan material uji
- Perbedaan keduanya ada di jenis koil yang digunakan yaitu lift off digunakan untuk surface probe sedangkan fill factor untuk internal/eksternal probe
- Rumusnya : η = (D1/D2)2, dengan D1 : diameter kecil, D2 : diameter besar
- Diameter kecil artinya jika probe internal/bobbin maka diameter bobbin adalah kecil dan diameter tube adalah besar. Jika probe external maka diameter encycling adalah besar dan diameter tube adalah kecil.
- η standar adalah 81-90% dan jika ada "denting" maka boleh >60%. Arti <81% berarti probe ECT tidak center ditengah-tengah tube dan jika >90% maka hampir tidak ada celah antara probe dan tube yang akan diuji
- PENTING, case di lapangan : diketahui OD tube : 25 mm, thickness : 0.7 mm dan OD bobbin : 22 mm. Tentukan nilai fill factor dan judgment apa menurut anda? DIJAWAB : Diameter tube = ID tube yaitu OD-(2 x thickness) = 25 - (2 x 0.7) = 23.6 mm, sehingga η = (22/23.6)2 = 86.9% dengan judgment adalah probe cocok digunakan untuk ECT
Edge effect & End effect
- Edge effect adalah efek pembacaan ECT karena bersentuhan dengan pinggir material, aplikasi hanya didapatkan jika memakai surface probe
- End effect adalah efek pembacaan ECT karena bersentuhan dengan ujung tube, aplikasi hanya didapatkan jika memakai internal/eksternal probe
Discontinuities
- Crack yang terbaca oleh ECT harus melintang dengan medan magnet ECT
- Pembacaan ECT yang timbul "peak" diakibatkan oleh medan magnet yang menghindar/melompati cacat
- Prinsip Probe Internal adalah menggunakan 2 arus yaitu arus AC untuk ECT dan arus DC dialirkan terus-menerus sehingga timbul medan magnet sebagai cover agar medan magnet ECT tidak terserap keluar
Gambar 6. Catatan Training EC Lv II |
Sumber noise ECT :
- Objek bervariasi di alloy seperti roughness, geometri, homogen
- Eksternal electrical noise seperti welding, motor dan generator
Sesuai Gamabr 6 didapatkan informasi sebagai berikut :
- Jika "f rendah" maka "good resolution" dan cepat dalam pembacaan namun tidak mendetail
- Jika "f tinggi" maka "good detecability" detail membaca cacat namun agak lambat pengukuran
Profil pembentukan peak ECT adalah "angka 8" yang disebut Lissajous dan profil tersebut dibentuk karena urutan sebagai berikut :
Gambar 7. Catatan Training EC Lv II |
Profil 1 (arah kebawah) : bobbin dimasukkan karena tidak ada cacat maka conductivity normal tinggi
Profil 2 (arah keatas) : bobbin menyentuh cacat sehingga conductivity turun
Profil 3 (arah keatas) : bobbin terlepas dari cacat sehingga conductivity kembali normal tinggi
Profil 4 (arah kebawah) : bobbin ditarik mundur dan mengenai cata lagi sehingga conductivity turun
Profil Lissajous dihasilkan karena desain dari probe bobbin yang dililitkan 2 koil sehingga saat koil pertama bersentuhan dengan cacat maka pembanding normal/tanpa cacat adalah koil kedua sehingga dari perbandingan tersebut divisualisasikan menjadi peak.
ECT hanya bisa digunakan untuk material dengan tipe :
- non-conductor (coating/film tube) --> conductor (tube)
- conductor ---> non-conductor (tidak terbaca di ECT)
Gambar 8. Catatan Training EC Lv II |
Perbedaan Defect dan Flaw??
- DEFECT adalah satu/lebih cacat yang tidak memenuhi kriteria dan pasti di-reject
- FLAW = Discontunity = imperfection adalah cacat yang masih bisa diterima
Bagaimana syarat treatment sesudah ECT??
- Jika cacat 80% maka PLUG
- Jika 30% all tube maka RETUBING
Kecepatan tarik ECT : 400-800 mm/s
Kutip Artikel Ini:
Feriyanto, Y.E. (2018). Analisa Eddy Current Testing (ECT) dan Teori Pendukungnya, Best Practice Experience in Power Plant. www.caesarvery.com. Surabaya
Referensi:
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Sertifikasi SNT-TC1A-ECT Level II. Surabaya
[1] Feriyanto, Y.E. (2018). Sertifikasi SNT-TC1A-ECT Level II. Surabaya
Analisa Eddy Current Testing (ECT) dan Teori Pendukungnya
4/
5
Oleh
Adin ID